Popular Post

Posted by : Unknown Jumat, 15 Februari 2013

▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲▲

Chapter 189 ►INFILTRASI





Kaito dan kawan-kawan ingin memasuki perbatasan yg berbentuk dua pohon yg besar dan dibawahnya mengalir sungai yg besar.
Dua orang penjaga menghampiri mereka.
“Tolong beritahu tujuan anda berkunjung.” Pinta penjaga perbatasan.

“Bisnis.” Ucap Kaito sambil menunjukkan kartu Lisensi, “Kami adalah hunter. Kami punya alasan untuk percaya kalau spesies yang sudah dikarantina telah kabur ke pulaumu.” Lanjutnya.

“Kemari.” Penjaga menyuruh mereka masuk ke perbatasan yg berbentuk rumah pohon.
Dan didalam rumah pohon itu orang-orang bekerja menggunakan komputer.

“Hei, kalian punya komputer di sini.” Ucap Killua terkejut.
“Itu karena kita masih di luar dari perbatasan NGL.
Mereka digunakan untuk hubungan diplomatik dan pertukaran informasi.” Jelas penjaga.
“Apa anda punya peralatan sama dipasang di dalam NGL?” Tanya Kaito.
“Sama sekali tidak.
Tidak ada mesin seperti ini di NGL.
Tentu saja, pengunjung seperti kalian tidak diizinkan untuk membawa benda asing dari luar. Misalnya... Emas, Fosil, bahan bakar minyak, dan produk yang diproses lainnya yang kami anggap tidak alami harus ditinggalkan disini sebelum anda masuk ke NGL.” Jelas penjaga.

“A... A... A... Apa kacamata termasuk?” Tanya Lin sambil menunjukkan kacamata miliknya.
“Ya.
Pakaian, sabuk, sepatu, dan bahkan celana dalam yang mengandung bahan sintetis atau logam harus dilepas sebelum anda diperbolehkan untuk masuk.” Jelas penjaga.

“Anda bercanda? Anda tidak berharap kalau kami harus masuk dengan telanjang 'kan!?” Ucap Spin.
“Jangan khawatir. Kami punya pilihan pakain alami yang bisa anda pilih di atas.” Jelas penjaga sambil menunjukkan toko pakaian untuk masuk ke NGL, “Dan lagi, kalau anda punya benda seperti logam, emas atau silver yang ditanam di tubuhmu atau barang silikon. Karena kami tidak bisa meminta anda meninggalkan benda ini, kami melarang anda untuk masuk.”

“Jadi hanya kita berlima?
Bagaimana kalau kalian menunggu kami di kota terdekat? Kami akan kembali dalam 2 minggu untuk menghubungi kalian.” Ucap Kaito.
“Roger.” Sahut Spin.

Diantara mereka hanya Kaito, Gon, Killua, Stick, dan Podongo yg diperbolehkan masuk, sementara Banana, Spin, Monta dan Lin tidak diijinkan masuk ke NGL.

Setelah mengenakan pakaian alami, mereka berlima memasuki ruang scan.
“Tolong ikuti saya ke ruang inspeksi.
Setelah pemeriksaan seluruh tubuh dan pertanyaan singkat dan sesi jawaban, anda akan melalui proses pengecekan X-ray untuk melihat apa ada benda-benda seperti benda logam di tubuh anda. Ini akan diikuti dengan scan ultrasound untuk menyelesaikan inspeksi.” Jelas penjaga wanita kepada 5 orang yg diijinkan masuk.
“Proses yang ekstensif.” Gerutu Kaito.

“Kami pernah mengalami masalah dulu di mana orang menyembunyikan banyak senjata seperti pistol di dalam tubuh mereka.
Ada juga kasus di mana orang menyembunyikan kamera dan hp di dalam dubur mereka. Dan pernah terjadi di mana orang yang melatih binatang untuk membawa laptop dari luar NGL setelah dia masuk.” Jelas penjaga.

Mereka satu-persatu masuk keruang pengecekan benda logam.

“Terima kasih atas kerja sama anda. Kami menghargai kesabaran anda. Silahkan ke sini.
Selamat datang di NGL.” Ucap penjaga sambil menunjukkan pintu masuk.
“Baiklah.
Mari kita bekerja.” Ucap Kaito.

Mereka berlima segera melakukan pencarian makhluk asing di daerah NGL, mereka memasuki wilayah padang gurun yg luas.
Lalu petugas rental kuda menghampiri mereka.
“Selamat datang! 12,000 Jenny untuk meminjam kuda sehari.
Kalau ada kejadian di mana kuda jadi terluka, biaya penggantinya 5,000,000 Jenny.” Jelas wanita penjaga rental kuda.

Akhirnya mereka berlima menyewa kuda dan segera berkeliling dan melakukan pelacakan dengan mewawancarai penduduk sekitar.
“Masih belum ada laporan tentang penglihatan serangga besar. Tapi, walau seorang penduduk melihatnya, aku merasa orang yang tinggal di sini nggak akan terlalu mempedulikannya.
Bahkan jika mereka diserang dan dimakan predator, orang-orang di sini hanya akan menganggapnya sebagai bagian dari siklus alami.” Ucap Kaito.

“Baiklah, kita mulai dari pemukiman di garis pantai. Kalau kita nggak bisa mendapat informasi setelah kita jelajahi semua wilayah, mungkin nggak ada di sini.” Ucap Gon sambil mengeluarkan peta.
“Dan itu berasumsi kalau para penduduk akan mengatakan yang sebenarnya pada kita.” Ucap Killua, “Mereka bilang mereka di sini untuk membantu kita berkomunikasi dengan penduduk lokal, tapi tampaknya mereka di sini untuk mengawasi kita.” Lanjutnya sambil mengawasi dua orang yg mengikuti mereka.
“Tidak apa. Aku memang nggak berharap bantuan dari orang-orang ini.
Intuisiku mengatakan
"Di sini".” Ucap Kaito.

@[273425049430283:]

Sementara itu ditempat lain, terlihat seorang penduduk NGL marah kepada makhluk chimera berbentuk koala.
“Kau lebih baik nggak bergerak dari sana, karena aku nggak mau bertanggung jawab kalau kau terbunuh.” Ucap monster koala.

“Dasar makhluk rendahan, berani sekali kau memerintah manusia?!” Teriak seorang yg berbadan gemuk dan membawa batang pohon.
“Makhluk rendahan? Manusia? Aku nggak ngerti.
Apa perbedaan antara kau dan aku.” Ucap monster koala.
“Tutup mulutmu!!” Teriak pria gemuk lalu memukulkan batang pohon yg dibawanya.

Namun monster koala dapat menghindar dan meremukkan batang pohon tersebut.
“Ya ampun.
Apa orang tuamu tidak mengajarimu untuk sopan dan menjawab kalau ada yang bertanya? Pria tua yang nggak punya harapan.” Ucap monster koala lalu memukul kepala pria tua itu hingga berdarah, “Kembalilah jadi orang yang lebih baik di kehidupan selanjutnya.” Lanjutnya.

“Ah Ah, kau membunuhnya?” Ucap seseorang yg bersembunyi dibalik bebatuan.

Terlihat makhluk chimera berbentuk Bunglon yg menyamar menjadi bebatuan.
“Kita nggak bisa memelihara tubuh orang mati, 'kan?” Ucap monster Bunglon.
“Hmm. Nggak apa-apa selama kita membuatnya jadi bakso daging dan memberikannya pada yang mulia hari itu juga.
Tipe manusia seperti ini membuatku sebal.
Mereka nggak tahu tempat mereka.” Ucap monster Koala.
“Tapi mereka bisa jadi lucu saat mereka mencoba untuk kabur.” Sahut monster Bunglon.
“Eh? Bukannya kau menyerang anak kecil yang menangis dari belakang saat ia melarikan diri?
Kalau kau menyerahkannya padaku, aku bisa menangkap mangsa tanpa membuat masalah.” Ucap Koala.
“Saat kau bilang "Kau lebih baik nggak bergerak dari sana", kau bicara padaku 'kan? Pada atasanmu, seorang komandan divisa, ya?” Sela Bunglon.
“.......” Koala hanya terdiam.

“Jangan terlalu sombong. Nggak semua orang sabar sepertiku.
Dan kalau kau suka membunuh, kenapa kau nggak coba regu pengiriman makanan?”
“Kau nggak punya harapan.”



Beralih ke sarang chimera, mereka membuat sarang di pegunungan. Dan didalamnya banya chimera-chimera sedang menetaskan telurnya, dan dijaga ketat oleh makhluk chimera singa dan gagak.

“Pasukan kita dibunuh?”
“Ya, satu dari reguku. Dan kurasa tiga dari regu Zazan.”
“Kau yakin?”
“Yah, sinyal dari bawahanku sudah hilang, dan dia masih belum kembali.
Tapi kami menemukan tubuh bawahan Zazan.”

“Itu kelihatan seperi sesuatu menembus tulang mereka.”
“Apa? Bagaimana bisa?”
“Mana aku tahu. Mungkin senjata manusia.”

“...Di mana tubuhnya?”
“Peggy sedang menginspeksi mereka di atas.”

Lalu chimera singa dan gagak menuju ke atas untuk memeriksa pasukan mereka yg mati.

“Yang ini dibunuh dengan pistol.
Dalam kasus ini sangat jelas, karena pelurunya masih ada di dalam tubuhnya.
Tapi aku nggak yakin dengan satu yang di sana.” Jelas Peggi makhluk chimera burung hantu.
“Kepalanya juga hancur.” Ucap chimera singa.
“Ya, tapi bukan dengan pistol.
Kami mencoba menyatukan bagian yang bisa kami dapat dari saksi.
Tapi para anak buah ini kurang kemampuan berkomunikasinya jadi sulit untuk mengerti mereka.
Mereka bilang manusia memiliki sikap menembak seperti ini.” Jelas Peggy sambil memperagakan cara manusia menembak menggunakan tangan kosong, “Dan walau nggak ada peluru yang ditembakan, kepalanya tetap hancur.” Lanjutnya.

“Di antara anak buah, ada yang bisa "merasakan" dengan indera mereka daripada "melihat" dengan mata mereka 'kan?” Ucap chimera gagak.
“Ya, dan tipe seperti itu sudah memastikan kalau mereka merasa seperti sesuatu sudah ditembakkan.
Tampaknya ada manusia yang memiliki kekuatan yang kita nggak punya.” Ucap Peggy.
“Hmm.
Karena kita sudah diberi sifat manusia, kita nanti juga bisa menggunakannya.
Selama itu kekuatan manusia.
Jadi, nggak perlu khawatir.”

“...Tampaknya kau belum mengerti.
Kekuatan manusia datang dari keahlian mereka untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat.
Jika mereka mempelajari kalau Ratu adalah "titik lemah" kita, mereka akan melakukan segalanya dengan kekuatan mereka untuk membunuhnya.
Uh...” Jelas Peggy.
“Kaulah yang nggak ngerti.
Justru itu alasan kenapa kita punya kekuatan untuk melindunginya. Apa aku salah?”
“Er... Kau benar.” Sahut Peggy, “Aku harus melindunginya.” Lanjutnya dalam hati.

“Aku akan melindungi
Reina.” Ucap chimera gagak.
“......?
Reina?” Tanya Peggy.
“Reina? Siapa itu?” Ucap gagak balik tanya.
“Tidak, Barusan kau mengatakannya.” Ucap Peggy.

“Aku? Apa yang kau bicarakan?
Kau pasti salah dengar.” Ucap chimera gagak.
“Mu.. mungkin?” Sahut Peggy.
“Lupakan saja itu sekarang.
Masalah besar kita adalah manusia memiliki senjata yang bisa membunuh para anak buah kita.”
“Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Peggy.
“Kita harus mengambil senjata itu dan menggunakannya pada mereka.
Kita ajarkan mereka pelajaran, biarkan mereka merasakan ketakutan.
Yang bisa menggunakan mesin yang rumit adalah prajurit di tingkat kita.
Tapi manusia nggak tahu itu.
Itu cukup membuktikan untuk jadi faktor intimidasi.”
“......... Kurasa kau lebih cocok jadi Ahli siasat perang daripadaku.” Puji Peggy.

“.........
Reina...?” Ucap chimera Gagak.


Beralih ke tempat lain, terlihat Pokkle, Ponzu dan dua rekannya sedang memata-matai makhluk chimera yg sedang menghabisi para penduduk menggunakan senapan.
Dalam sekejap, para penduduk telah tewas dengan mengenaskan.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Pokkle khawatir dengan Ponzu yg terlihat pucat melihat pembantaian massal.
“Ya.” Jawab Ponzu.

“Berbahaya... Makhluk ini...
Terlalu berbahaya!!” Pikir Pokkle dan tetap bersembunyi bersama rekannya.

Bersambung ke chapter 190

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © FAHRUDINIZER BLOGZ™ - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -